top of page
Gambar penulisSusilowati Pramesti

Tentang Berusaha dan Efek Melabeli Orang ala Chikane di Komik Undergroun' Dogs




Undergroun' Dogs

Sumber: gramedia.com

Komik yang mengambil tema tentang stuntman ini ditulis oleh Kuromaru dan diterbitkan di Jepang oleh Shogakukan pada tahun 2015. Di Indonesia sendiri lisensi komik ini dipegang oleh Elex Media Komputindo dan komiknya diterbitkan pada tahun 2017. Tokoh utama komik ini adalah pemuda bernama Sako yang selesai dari SMP langsung bekerja di pabrik karena faktor ekonomi. Di saat teman-temanya memilih lanjut sekolah, Sako memilih untuk rajin bekerja di pabrik.


Suatu hari area pergudangan dan pabrik dijadikan lokasi syuting film laga. Sejak melihat proses syuting film yang melibatkan aksi para stuntman yang luar biasa tersebut, Sako seperti menemukan tujuan hidup yang baru. Sebelumnya Sako hanya menjalani hari-hari secara datar, baru kali ini ia merasa terkagum dan terpanggil karena suatu hal. Yang paling membuatnya terkagum adalah aksi stuntwoman bernama Chikane yang sangat piawai dalam melakukan aksi. Sejak saat itu babak baru kehidupan Sako dimulai dengan mempelajari dunia stuntman dan Chikane-lah yang menjadi panutan utama Sako.





Mandiri Memulai Mengusahakan Sesuatu


Pada bagian komik ini, Chikane sedang menasehati Sako tentang keseriusan dalam memasuki dunia stuntman. Chikane sadar bahwa Sako yang rasa percaya dirinya kurang karena latar belakang kehidupannya yang sulit itu sangat berpanutan padanya. Oleh karena itu ia ingin menyemangati Sako (walaupun agak jleb caranya hahaha..), supaya Sako menjadi lebih berkembang dan mandiri. Pernyataan Chikane "Jika kamu menunggu sampai ada orang yang mendukungmu, kamu nggak akan bisa pergi ke mana pun." seperti sambil menaruh harapan bahwa itu akan memantik semangat Sako untuk segera bergerak dan memberdayakan dirinya. Karena memang ada saatnya siapa lagi kalau bukan diri kita sendiri yang bisa menggerakkan daya juang kita untuk meraih cita-cita dan kebahagiaan.


Kalau dipikir-pikir juga, pernyataan Chikane itu cocok banget ya di saat kita kurang mendapatkan kerja sama dan dukungan dari orang-orang yang kita biasa andalkan ketika sedang mengusahakan sesuatu entah dalam studi, pekerjaan, berwirausaha, kesehatan, atau kehidupan pribadi. Kadangkala orang-orang yang dirasa dekat dengan kita pun belum tentu memahami arah dan jalan untuk bakat atau visi kita, jadi yang terjadi antara akan kontra atau tidak kontra tapi pasif (bisa karena cuek atau clueless jadi tidak bisa/berani sepenuhnya mendukung). Untuk tanggapan yang pasif ini walaupun kesannya lebih aman daripada mendapat respon kontra yang terasa frontal, tapi tetap tidak bisa membangun semangat kita dengan optimal juga kan ya.. Memang, di saat begini, kita harus menonaktifkan dulu mode "manusia makhluk sosial" dan berfokus saja mengelola potensi diri sendiri untuk tetap bergerak maju. Tidak perlu digas, it's okay untuk mencicil dalam berusaha mencapai cita-cita, setidaknya masih berusaha walaupun dukungannya minim. Wajar sih kalau tidak akan selalu lancar apalagi dengan berbagai keterbatasan yang salah satunya dukungan orang lain tadi, karena begitulah kan seninya sebuah perjalanan dan proses, hehe.. Setidaknya kita sudah mencoba, ya kan? Yuk kita belajar lebih mendukung diri sendiri, memberdayakan diri sendiri juga bisa jadi bentuk self love yang pastinya bisa lebih sehat untuk mental juga, karena berharap sama orang lain perlu ada batasnya.


Melabeli Orang


Selain membahas soal tidak perlu menunggu dukungan orang-orang lain, Chikane juga sempat menyentil tentang melabeli orang di kalimat "Amatir dan profesional, dipisahkan oleh garis yang buram." dan "Di dunia di mana julukan adalah gelar, ada banyak orang-orang nggak berguna yang hanya bisa bicara". Dari dua pernyataan Chikane tersebut, maka bisa juga nih disimpulkan bahwa karena julukan yang diberikan kepada orang-orang yang "tong kosong nyaring bunyinya" bisa seolah menjadi gelar mereka, perbedaan antara amatir dan profesional jadi buram. Di dunia ini ada orang-orang yang dijuluki masyarakat dan juga menyebut diri mereka ahli ini dan itu atau tampak sudah profesional tapi sebenarnya mereka tidak selalu betul-betul sudah memenuhi kriteria standar resmi profesi atau gelar tersebut. Mereka semua rata-rata memiliki kesamaan walaupun bidangnya berbeda-beda, yaitu pandai berbicara, yang sebetulnya sih termasuk bisa dibilang bakat juga sih ya.. tapi diproses dan dimanfaatkan dengan cara yang ... cukup tahu lah ya, hehehe.. Karena sudah terpapar karisma "sekunder" itu masyarakat seolah memateraikan julukannya menjadi sebuah gelar. Fenomena yang unik.. tapi disayangkan sih, karena orang-orang yang sebetulnya pakar secara resmi dan bisa lebih membantu masyarakat malah jadi kalah pamor, ya kan?



Kommentare


bottom of page