top of page
Gambar penulisSusilowati Pramesti

Bunyinya disebut paling mirip suara manusia, yuk mengenal Cello






Di dunia ini ada berbagai alat musik gesek, tapi yang paling mudah dan sering kita temui adalah biola, kan? Keluarga alat musik gesek secara umum terdiri dari biola, viola, cello, dan double bass. Selain itu, dari sisi instrumen tradisional di Indonesia terdapat juga antara lain alat musik arbab khas Aceh dan tehyan khas Betawi. Yang membedakan alat musik gesek jika dibandingkan dengan “kerabat senar”-nya si alat musik petik, adalah adanya alat penggesek yang biasanya terbuat dari bulu binatang (atau kini juga tersedia dari bahan sintesis) dan tambahan kayu undakan di tengah yang biasa disebut bridge. Selain itu alat musik gesek juga tidak memiliki lubang rongga gema yang besar seperti gitar dan pada bagian pegangannya tidak terdapat baris-baris pemisah yang biasa disebut fret.

Terkesan dengan liukan bunyi khas alat musik gesek, saya awalnya sangat tertarik pada biola, karena memang lebih terpapar dengan informasi, tayangan, dan bunyi biola. Kapan dan bagaimana persisnya mulai terpapar dengan bunyi cello sudah tidak ingat lagi, tapi mungkin baru dua atau tiga tahun terakhir ini. Saya tidak tahu bahwa selama ini yang saya kira bunyi biola, ternyata ada yang berasalnya dari cello, dan bunyi itu lebih masuk lagi untuk saya. Cello menyajikan bunyi rendah yang tidak seberat double bass tapi tetap cukup pekat untuk selera saya, dan bunyi tinggi yang tidak semelengking biola. Jadi sebagai penggemar suara yang berat, dalam, dan rendah, sekarang saya lebih terarah pada cello (tapi ini tendensi selera pribadi, bukan berarti saya tidak menyukai biola lagi ya, hehehe..). Apalagi sejak melihat kerennya Grace Chatto yang seperti santai sekali bermain cello di Clean Bandit, mengikuti 2Cellos yang atraktif, dan lalu membaca komik My Giovanni karya Hozumi, saya semakin merasakan karisma dari cello. Tulisan kali ini kayaknya jadi sedikit lebih panjang nih soalnya saya sudah nge-fans sama cello duluan hahaha, mohon bersabar dan harap maklum ya, hehehe.. Selamat membaca!



Komik My Giovanni

Sumber: Gramedia

Bertemakan alat musik cello, komik My Giovanni karya Hozumi ini diterbitkan oleh Shogakukan pada tahun 2016 dan di Indonesia pada tahun 2019 oleh Elex Media Komputindo. Nama Giovanni sendiri bukanlah nama karakter di sini, tetapi sepertinya berkaitan dengan Giovanni Bazzoni yang disebut sebagai idola salah satu tokoh utamanya (ternyata nama tersebut dimodelkan dari cellist dan komposer Italia Giovanni Sollima). Komik ini mengisahkan seputar relasi antara dua teman masa kecil Tetsuo Tezuka dan Ikumi Tachibana dalam menjalani kehidupan mereka sebagai cellist muda.


Pada mulanya hanya Tetsuo yang bisa bermain cello dan sudah lama belajar bermain cello karena keluarga memang mempunyai “sejarah” dengan cello, lalu karena suatu peristiwa hadirlah Ikumi di keluarga tersebut. Singkat cerita, penyebab kehadiran Ikumi Tachibana di sana adalah suara cello Tetsuo yang telah menyelamatkannya dari bahaya. Ikumi adalah anak berdarah campuran Amerika (Serikat)-Jepang sebatang kara yang terdampar di kota Tetsuo. Karena kepeduliannya keluarga Tetsuo, Ikumi dirawat di rumah keluarga itu dan akhirnya dua anak laki-laki itu menjadi teman masa kecil dan Tetsuo akhirnya mengajari Ikumi cara bermain cello. Namun keputusan itu pada akhirnya akan menyebabkan relasi antara Tetsuo dan Ikumi berubah. Mereka kemudian terpisah karena Tetsuo memutuskan sekolah musik di luar negeri.



Setelah bertahun-tahun berlalu Tetsuo kembali ke Jepang dan ternyata Ikumi telah menjadi cellist muda berprestasi yang terkenal di Jepang. Akibat pengaruh kepopuleran Ikumi yang selain mahir bermain cello juga tampan, cello menjadi booming di Jepang. Kini setelah kedua teman lama itu kembali berada di negara yang sama, mereka bersaing sebagai cellist muda dengan caranya yang unik sambil masih memendam kisah masa lalu di antara mereka yang rumit.


Oh iya sedikit intermezzo, gambar yang saya pilih di sini menurut saya indah sekali, saya jadi sempat galau memilih kategorinya, hahaha.. Tapi yah memang awalnya saya ingin khusus membahas tentang cello jadi ya akhirnya saya masukkan saja di Edukomikasi dan Estetikomik sekaligus hehehe..


Mari Bertemu Cello


Komik ini sering memasukkan istilah-istilah dalam musik dan wawasan mengenai alat musik cello, sehingga membuatnya menjadi seru. Sebelumnya saya hanya penggemar biasa dari cello, dalam arti hanya mendengarkan saja, belum mempelajari dengan lebih lanjut dan menghapal istilah-istilahnya secara detail. Komik-komik seperti ini membantu saya mendapatkan jalan pintas untuk lebih mengenal hal-hal yang membuat saya tertarik, hahaha..

Saudara dari biola ini dikenal sebagai alat musik yang suaranya mendekati suara manusia. Nadanya memang tidak senyaring biola dan tidak serendah double bass sehingga mungkin inilah yang membuat bunyinya dapat dikatakan mendekati atau berpadanan dengan suaranya manusia. Dalam komik ini pun Ikumi terselamatkan karena ia merasa mendengar seseorang bernyanyi dan memanggil dari kejauhan padahal itu adalah suara cello yang dimainkan oleh Tetsuo.


Cello adalah alat musik gesek dengan empat senar berkunci nada C-G-D-A (A bernada tertinggi dan G terendah) yang berukuran panjang total sekitar 119 cm untuk cello dewasa. Terdapat berbagai macam tipe ukuran cello yaitu 1/8, 1/4, 1/2, 3/4, dan 4/4 yang disesuaikan dengan usia penggunanya dengan tipe 4/4 adalah ukuran yang terbesar. Ukuran badan cello yang lebih besar dan leher cello (atau area fingerboard) yang lebih panjang membuat cello dapat menghasilkan suara yang lebih berat dan dalam dibandingkan biola dan viola. Bahan dasar yang umum untuk membuat cello adalah kolaborasi antara logam, kayu, dan bulu ekor kuda. Bagian badan hingga leher terbuat dari kayu yang biasanya berasal dari pohon maple, cemara, atau eboni. Untuk bow juga terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan bentangan (seperti pada busur panah) bulu ekor kuda, sementara senar dan stik penyangganya dibuat dari logam. Tapi di masa kini bahan untuk membuat cello semakin bervariasi termasuk juga fiber glass. Pengrajin yang membuat alat musik gesek secara profesional disebut sebagai luthier.



Alat musik dawai yang dikenal juga dengan nama violoncello (Jerman) dan violoncelle (Prancis) ini dikembangkan pertama kali pada abad ke-16. Pengembangan produksi cello saat itu berlangsung di Italia. Kini bentuk cello yang standar adalah hasil standarisasi dari pengrajin terkemuka Italia Antonio Stradivari. Secara garis besar terdapat tiga bagian utama cello, yaitu body, neck, dan peghead. Jika dirincikan lebih lanjut berikut komponen-komponen pada sebuah cello, yaitu:



Sumber; Hello Music Theory

  1. Bass bar: Sebuah papan kayu tipis di dalam cello yang memperkuat frekuerensi lebih rendah pada instrumen

  2. Bouts: Potongan dalam atau lekukan pada badan cello (dikenal juga dengan nama c-bouts atau bouts dan waist) yang memiliki bagian upper dan lower, berfungsi menghindari benturan dengan badan cello ketika sedang menggesek senar dengan bow.

  3. Bridge: Potongan kayu melengkung yang berada di bawah berfungsi untuk menopang senar untuk mempermudah menggesek cello. Posisi bridge mempengaruhi intonasi dan ketinggiannya mempengaruhi akses memainkannya secara keseluruhan.

  4. Endpin rod: Stik logam di bagian bawah cello untuk menopang cello di lantai sataat dimainkan.

  5. F-holes: Bagian lubang pada badan cello yang berbentuk seperti huruf F dengan fungsi meresonansikan bunyi senar melalui rongga dalam badan cello.

  6. Fine tuners: Fine tuners melekat pada tailpiece cello, berfungsi untuk menyesuaikan tekanan senar cello.

  7. Fingerboard: Fingerboard adalah bagian kayu panjang lurus tempat senar cello terbentang. Cellist menekan senar-senar di bagian ini untuk menghasilkan nada-nada tertentu. Kayu yang dipakai untuk fingerboard harus dari satu kayu yang sama.

  8. Neck: Bagian ini menopang fingerboard dan pegbox serta menghubungkan kedua bagian ini pada badan cello.

  9. Nut: Bagian berundakan yang menonjol pada ujung atas fingerboard cello disebut dengan nama nut dan berfungsi untuk menopang dan menjaga getaran senar. Bagian ini memiliki celah untuk empat senar pada cello di permukaanya.

  10. Pegbox: Pada leher cello terdapat pegbox yang memiliki empat tuning pegs untuk menyesuaikan pitch masing-masing senar cello dengan cara diputar menjadi lebih kencang atau longgar.

  11. Purfling: Untuk mencegah retakan pada kayu badan cello, terdapat bingkai menonjol pada seluruh pinggiran cello yang disebut purfling.

  12. Ribs: Bagian sisi-sisi cello disebut dengan nama ribs. Bagian ini menjaga bentuk cello dengan menghubungkan sisi depan dan belakang cello dan dengan ribs yang lead to better sound quality.

  13. Scroll: Bagian scroll terletak pada ujung fingerboard cello. Berbentuk bulatan agak melengkung dengan pahatan yang khas, bagian ini lebih sebagai dekorasi pada cello.

  14. Sound post: Di dalam sebuah badan cello terdapat potongan kayu berbentuk silinder bernama sound post yang berfungsi menghubungkan area atas cello dengan area belakangnya serta menghasilkan resonansi dan suara yang berkualitas lebih baik.

  15. Strings: Cello memiliki empat senar bernada (darin paling rendah ke paling tinggi) C, G, D, dan A. Memainkan senar dapat dilakukan dengan cara digesek keseluruhan (staccato), digesek sambil"dipantulkan" (spiccato), dan dipetik (pizzicato).

  16. Tailgut: Tailgut atau tailcord sebuah celo adalah tali berbahan dasar logam atau nilon pada bagian bawah cello yang menghubungkan tailpiece ke endpin collar.

  17. Tailpiece: Senar pada cello berujung pada sebuah tailpiece, yang dikaitkan dengan bagian bawah cello menggunakan tailgut.



Cello di dalam Orkestra



Berasal dari bahasa Yunani orchēstra, orkestra awalnya adalah nama untuk sebuah area melingkar pada teater yang menjadi tempat bagi penari dan pemain musik untuk tampil. Komposisi dasar orkestra simfoni modern dibentuk pada abad ke 18 di Jerman oleh Johann Stamitz dan rekan-rekannya dari Mannheim School. Komposisi ini membagi orkestra ke dalam empat seksi utama, yaitu dawai (gesek), woodwind (tiup), brass (tiup), dan perkusi (pukul).



Terdapat berbagai jenis orkestra yaitu, string orchestra yang berfokus pada berbagai alat musik gesek, simphony orchestra yang berukuran besar dan memenuhi syarat memainkan karya simfoni, kemudian ada juga chamber orchestra dengan jumlah pemain yang terbatas, lalu ada orkestra lengkap yang memainkan alat musik lebih beragam dibanding musik simfoni yaitu philharmonic orchestra, dan juga theater orchestra atau light music orchestra yang melibatkan saksofon dan combo band, serta orkestra dengan alat musik beragam baik dari jenis musik simfoni maupun tradisional yaitu cosmopolitan orchestra. Alat musik gesek masuk ke dalam hampir semua jenis orkestra dan bahkan ada orkestranya tersendiri yaitu string orchestra, oleh karena itu kita dapat sering menemui cello dalam berbagai pertunjukan orkestra.


Instrumen gesek biasanya menjadi instrumen yang paling banyak ada di dalam sebuah orkestra, terdiri diri biola (terbagi menjadi biola 1 dan biola 2), viola, cello dan double bass. Pada komposisi mula-mula termasuk pada jaman barok, alat musik gesek dibagi berdasarkan rentang nada yang dapat dihasilkannya, yaitu secara SATB (sopran, alto, tenor, bass), dengan biola untuk sopran, viola untuk alto, cello untuk tenor, dan double bass untuk bass. Pada orkestra yang lengkap, biasanya terdapat mulai dari delapan hingga 12 cello di dalam seksi dawai (strings section). Seperti dalam sebuah permainan sepak bola, ternyata dalam sebuah string orchestra juga terdapat suatu formula menggunakan angka. Jika dalam sepak bola formula ini menunjukkan strategi posisi pemain, jika dalam string orchestra komposisi angka tersebut menunjukkan jumlah pemain alat musik gesek per instrumennya. Sebagai contoh pada formula 10-10-8-10-6 menunjukkan bahwa terdapat sepuluh pemain biola I, sepuluh pemain biola II, delapan pemain viola, sepuluh pemain cello, dan enam pemain double bass.


Komposisi-komposisi untuk cello yang dianggap terbaik di antaranya:

  • Bach - Cello Suite No. 1

  • Beethoven - Cello Sonata No. 3

  • Brahms - Cello Sonata No. 1

  • Britten - Suite for Cello No. 1

  • Bruch - Kol Nidrei

  • Dvorák - Cello Concerto in B minor

  • Elgar - Cello Concerto in E minor

  • Haydn - Cello Concerto No. 1

  • Kodály - Sonata for Solo Cello

  • Shostakovich - Cello Concerto No. 2


Para Cellist Terkenal di Dunia

Untuk kita yang masih awam dengan dunia musisi klasik, mungkin kita belum familiar dengan nama-nama para cellist. Berikut beberapa nama cellist terbaik yang populer di dunia (urutan penyebutan tidak menandakan peringkat):


  • Mstislav Rostropovich

Mstislav Leopoldovich Rostropovich lahir pada 27 Maret 1927 di Baku, Azerbaijan (dulu masih menjadi bagian Uni Soviet) merupakan konduktor, pianist, dan salah satu cellist terkemuka di dunia. Ia dididik oleh orangtuanya yang seorang pianist dan cellist dan menempuh pendidikan formal di Moskow Conservatory. Pada tahun 1956 ia menjadi salah satu profesor di konservatorium tersebut. Pada tahun 1977-1994 ia menjadi direktur musik di National Symphony Orchestra, Washington DC, AS. Penghargaan-penghargaan yang dimilikinya antara lain Presidential Medal of Freedom (1987), Japan Art Association’s Praemium Imperiale di bidang musik (1993), Lenin Prize (1963), Royal Philharmonic Society Gold Medal (1970), Kennedy Center Honor (1992), dan Polar Music Prize (1995).




  • Jacqueline du Pré

Lahir di Oxford pada 26 Januari 1945, Jacqueline du Pré merupakan salah satu cellist yang paling diingat sepanjang masa. Ia menempuh pendidikan di Herbert Walenn’s London Violoncello School. Pada tahun 1962 ia mulai melakukan rekaman bersama label musik EMI. Ia menjadi bintang di tahun 1965 ketika mengeluarkan album Elgar Concerto yang hingga kini masih menjadi sumber kekaguman banyak orang. Pada tahun tersebut ia juga memulai debutnya di Amerika. Dikarenakan penyakit sclerosis yang dialaminya, ia harus pensiun dari dunia musik pada tahun 1973 dan wafat pada tahun 1987.




  • Yo-Yo Ma

Menjalani awal masa kecilnya di Paris, Yo Yo Ma yang lahir pada tahun 1955 mempelajari cello bersama ayahnya sejak usia empat tahun. Pada usia tujuh tahun bersama kedua orangtuanya yang berasal dari Tiongkok ia pindah dari Paris ke New York. Di sana ia melanjutkan studi cellonya di Juilliard School. Selain itu ia juga menempuh pendidikan di program studi Humaniora dan lulus dari Harvard pada tahun 1976. Ia telah mendapatkan berbagai penghargaan, yaitu Avery Fisher Prize (1978), Glenn Gould Prize (1999), National Medal of the Arts (2001), Dan David Prize (2006), World Economic Forum’s Crystal Award (2008), Presidential Medal of Freedom (2010), Kennedy Center Honors (2011), Polar Music Prize (2012), dan J. Paul Getty Medal Award (2016). Selain itu Yo Yo Ma juga sudah pernah tampil di depan sembilan presiden AS, yang terbaru ia tampil pada acara inagurasi Presiden Biden.




  • Pablo Casals

Setelah melalui pendidikan awal untuk komposisi, cello, dan piano, Pablo Casals (atau dalam bahasa Catalan Pau Casals) memulai debutnya pada tahun 1891 di Barcelona. Lahir di Vendrell pada 29 December 1876 ia adalah cellist dan konduktor yang terkenal dengan teknik virtuoso, keterampilan menginterpretasi, dan keahliannya sebagai musisi. Setelah melanjutkan studi di madrid dan Brussel, ia menjadi cellist utama di Gran Teatro del Liceo di Barcelona. Pada tahun 1919 ia membantu dibentuknya École Normale de Musique di Paris. Selain itu ia juga mendirikan dan menjadi konduktor pada Orquestra Pau Casals di Barcelona. Ia mengumumkan pensiun dari penampilan publik pada tahun 1946 untuk memprotes pengakuan dunia atas rezim Franco di Spanyol, namun ia kembali melakukan rekaman dan menjadi konduktor pada tahun 1950 setelah memutuskan untuk melakukan protes secara terbuka.




  • Luigi Boccherini

Cellist dan komposer asal Italia bernama lengkap Luigi Rodolfo Boccherini merupakan anak ke-3 dari pemain double bass Leopoldo Boccherini. Lahir di Lucca, Italia, sejak kecil ia sudah dibimbing oleh direktur musikal dari kateral setempat. Di usia 13 tahun ia dikirim ke Roma untuk belajar dari cellist terkemuka Giovanni Battista Constanzi, direktur musikal dari Basilika Santo Petrus. Boccherini adalah cellist dan komposer yang mempengaruhi perkembangan string quartet sebagai genre musik dan mengkomposisi musik pertama untuk strings quintet. Ia telah menghasilkan sekitar 500 karya yang di antaranya terdiri dari musik sakral, simfoni, dan concerti. Meskipun karya simfoni dan concerti Boccherini telah diakui kualitasnya, namun utamanya ia berprofesi sebagai komposer musik chamber. Sebanyak lebih dari 100 quintet, 100 quartet, lebih dari 50 trio, dan lebih dari 50 karya musik chamber lainnya. Karir Boccherini terus berkembang hingga ia juga bekerja untuk bangsawann dan anggota kerajaan, di antaranya Raja Charles III, Infante Don Luis (yang membayarnya 30.000 reals/tahun untuk bekerja sebagai cellist dan komposer), dan juga Raja Frederick William II dari Prusia.


*catatan: karena Luigi Boccherini berasal dari jaman dahulu kala, hehehe, jadi di sini tidak ada penampilan live-nya ya, hanya ada musisi yang memainkan karya-karya beliau.




  • Paul Tortelier

Memiliki tanggal lahir yang sama dengan Johann Sebastian Bach, Paul Tortelier lahir pada 21 July 1914 di Montmartre, Paris. Ia berasal dari keluarga pekerja yang miskin. Tortelier memiliki orang tua yang tidak asing dengan musik. Kedua orang tuanya bermain mandolin dalam sebuah ensemble pekerja amatir. Ayahnya mengajarinya biola dan sebelum ia lahir ibunya sudah memutuskan bahwa anaknya akan menjadi cellist. Di usia 6 tahun ia memperoleh pelajaran cello pertamanya dan menyelesaikan studinya pada saat usianya hanya 16 tahun. Selama masa studinya ia juga menopang keluarga dengan bekerja di cafe dan mendampingi film-film bisu.


Pada tahun 1935 ia meninggalkan konservatori dengan tujuan untuk menjalani karir sebagai solois, namun ia akhirnya menjalani profesi ganda, sebagai solois dan musisi dalam sebuah orkestra. Selama tahun 1957-69 ia menjadi profesor di Paris Conservatoire dan kemudian mengajar di Hochschule di Essen, Jerman. Saat sama-sama masih menjadi mahasiswa di Paris, Tortelier bertemu istrinya Maud. Maud yang juga seorang cellist bisa memainkan komposisi Tortelier lebih baik dari orang-orang lainnya, sehingga membuatnya terkesan. Ia menulis banyak karya untuk dimainkan bersama istrinya, termasuk sebuah double cello concerto pada tahun 1950 yang sayangnya tidak pernah direkam sekalipun sudah pernah ditampilkan. Tortelier juga memiliki perhatian pada isu perdamaian. Pada tahun 1960-an ia menolak pergi ke AS karena tidak menyetujui perang Vietnam.




  • Natalia Gutman

Dijuluki sebagai ratu cello, Natalia Gutman lahir di Kazan, 14 November 1942. Ia sudah bermain cello sejak usia lima tahun. Keluarganya terdiri dari orang-orang yang bergelut di bidang musik, ayah tirinya seorang cellist Roman Sapozhnikov dan kakeknya Anisim Berlin adalah seorang violist begitu pula neneknya. Sebelum memulai pendidikan musik formal di institusi pendidikan musik, mereka lah yang mengajarinya bermain musik. Setelah lulus dari Moscow Conservatoire, ia melanjutkkan studi pasca sarjananya di Leningrad Conservatoire. Pada tahun 1969 ia memulai debutnya di Amerika Serikat, namun setelah itu ia mendapat larangan perjalanan luar negeri dari pemerintah Rusia, sehingga selama 10 tahun ia tidak dapat melanjutkan karir internasionalnya. Terlepas dari itu karirnya di Rusia tetap berkembang. Ia kembali mendapat ijin untuk bepergian ke luar negeri (di luar Uni Soviet) pada Desember 1978 dan melanjutkan karir internasionalnya. Ia sering tampil di Eropa, Asia, Amerika Selatan, dan AS. Selain itu ia juga tampil solo bersama orkestra, dengan Bach’s suite, resital duo, dan chamber music bersama Pianot Trionya (Sviatoslav Moroz pada biola dan Dmitry Vinnik pada piano).


Penghargaan bergengsi yang pernah diraihnya antara lain National Artist of the USSR (1991), the State Prize of Russian Federation (2000), “Bundesverdienstkreuz 1. Klasse” of the Federal Republic of Germany (2005), the Shostakovich Prize (2002 and 2013), the Triumph Award (2002), Fellow of the Royal College of Music London (2010), Musikpreis des Verbandes der Deutschen Konzertdirektionen (2012), dan Premio NEM in Florence(2014). Saat ini ia aktif sebagai profesor di berbagai institusi pendidikan yaitu, Moscow Conservatoire (Rusia), Private University of Vienna (Austria), dan Scuola di Musica di Fiesole (Italia).




  • Alisa Weilerstein

Memulai ketertarikannya pada cello di usia dua setengah tahun saat dibuatkan cello mainan dari kardus sereal oleh neneknya, Alisa Weilerstein akhirnya memiliki cello asli pada usia empat tahun. Lahir pada 14 April 1982 dari keluarga musisi, ayahnya Donald Weilerstein adalah violist, ibunya Vivian Weilerstein adalah seorang pianis, dan kakaknya adalah konduktor Joshua Weilerstein. Ia memulai debut profesionalnya di tahun 1995 dengan memainkan variasi “Rococo” dari Tchaikovsky bersama Cleveland Orchestra. Selain lulus dari Cleveland Institute of Music, ia juga memiliki gelar di bidang sejarah Rusia dari Universitas Columbia.


Berbagai pencapaian telah diraihnya, antara lain, Avery Fisher Career Grant (2000), ECHO (European Concert Hall Organization) “Rising Stars” recital series dan Chamber Music Society of Lincoln Center’s Chamber Music Society Two (2000-2001), Penghargaan Leonard Bernstein (2006), penghargaan Lincoln Center’s Martin E. Segal prize for exceptional achievement (2008), serta MacArthur “genius grant” Fellowship (2011), Di tahun 2009 ia terpilih menjadi salah satu seniman yang tampil di pagelaran musik klasik White House dan berkesempatan tampil di depan keluarga presiden Obama. Pada usia sembilan tahun ia didiagnosis memiliki diabetes tipe 1 dan kini menjadi duta untuk komunitas diabetes tipe 1. Di awal masa lockdown pandemi ia melakukan proyek #36DaysOfBach yang inovatif dan membuatnya semakin dekat dengan penggemarnya secara online sambil menyelami karya Bach.




  • Pierre Fournier

Aristokratnya para cellist, begitulah julukan Pierre Fournier, seorang cellist asal Prancis yang lahir di Paris pada 24 Juni 1906. Cellist yang ayahnya seorang jenderal angkatan darat Prancis ini memulai bermain musik bukan dengan cello, melainkan piano. Ia diajari bermain piano oleh ibunya sendiri, namun karena ia mengalami kasus ringan polio di usia 9 tahun, ia tidak dapat memainkan piano dengan optimal lagi. Kaki dan telapak kakinya tidak dapat digunakan secara efektif untuk pedal piano, sehingga ia beralih pada cello. Ia mempelajari musik di Paris Conservatory. Pada tahun 1923 ia lulus di usia 17 tahun. Pierre Fournier aktif di dunia pendidikan sebagai guru dari tahun 1937 sampai 1949 di École Normale de Musique dan almamaternya Paris Conservatoire (selama 1941-1949).


Pada tahun 1963 ia dianugerahi sebagai officer dari French Legion of Honor. Namun ia sempat mendapatkan sanksi setelah terungkap di tahun 1949 bahwa ia pernah 82 kali tampil di "Radio-Paris" (sebuah stasiun radio Jerman) pada masa pendudukan Nazi di Prancis. Penampilannya itu dianggap sebuah kolaborasi dengan Nazi dan National Purging Committee's Professional Branch for Dramatic and Lyric Artists and Performing Musicians di Prancis membuktikan bahwa ia bersalah atas kolaborasi tersebut lalu memberikannya sanksi larangan tampil selama periode enam bulan. Ia wafat di tahun 1986 dan untuk mengenangnya Ralph Kirshbaum mengadakan sebuah konser di tahun yang sama. Kemudian dari hasil konser tersebut dibentuklah penghargaan Pierre Fournier yang audisi pertamanya diadakan pada tahun 1988.




  • Julian Lloyd Weber

Julian Lloyd Webber lahir dalam keluarga yang musikal pada 14 April 1951. Ayahnya adalah seorang komposer, ibunya berprofesi sebagai seorang guru piano, dan kakaknya merupakan komposer Andrew Lloyd Webber. Di usia 16 tahun ia memperoleh beasiswa untuk studi di Royal College of Music. Selama 42 tahun karirnya, ia menghasilkan lebih dari 50 karya. Pada tahun 1985, Lloyd Webber merilis CD dan buku anekdot, yang diberi judul 'Travels with my Cello” dengan tujuan untuk memperkenalkan cello kepada audiens yang sebanyak dan seluas mungkin. Pada tahun 1994 ia dianugerahi beasiswa Fellowship of the Royal College of Music (tempat di mana ia studi) oleh Pangeran Wales.




  • Caroline Dale

Terlibat dalam pembuatan soundtrack film dan album berbagai penyanyi maupun band Caroline Dale merupakan salah satu cellist yang aktif dalam rekaman. Lahir di Middlesborough pada tahun 1965, Caroline Dale menempuh pendidikan di Royal Academy of Music. Di tahun 1978 saat usianya 13 tahun, ia memenangkan the String Final pada BBC's Young Musician of the Year. Ia menjadi penerima beasiswa Isserlis termuda yang pernah ada saat usianya masih 15 tahun. Ia pernah bermain untuk musisi-musisi antara lain, Joan Armatrading, Peter Gabriel, David Gilmour, David Gray, Oasis, Simply Red, Belinda Carlisle Squeeze, Sinéad O'Connor dan U2. Dalam kerja samanya dengan Oasis ia juga tampil dalam video musik lagu "Whatever". Bersama produser dan musisi John Reynolds dan gitaris Justin Adams, ia membentuk band Ghostland pada tahun 1998. Selain itu ia juga terlibat dalam berbagai film dengan mengisi dalam soundtrack untuk film-film seperti “Hilary and Jackie”, “Truly Madly Deeply”, “Fear and Loathing in Las Vegas”, “Pride and Prejudice”, “Atonement”, "The Hunger Games", "The Hunger Games: Mockingjay - Part 1", dan masih banyak lagi. Pada tahun 2003 ia merilis album solo "Such Sweet Thunder". Kini ia menjadi principal cello untuk English Chamber Orchestra dan London Metropolitan Orchestra.



Caroline Dale bermain dalam konser David Gilmour



Cello Kontemporer yang Menarik


Selain para cellist yang sudah disebutkan sebelumnya, terdapat juga para cellist yang bisa disebut cellist kontemporer karena karya-karyanya yang berbeda dengan gaya musik klasik pada umumnya. Tapi perlu diingat juga nih, walaupun mereka tidak tampil sebagai musisi klasik tapi tentunya mereka tetap mengikuti sekolah musik dan mendapat pendidikan musik klasik. Yuk kenalan sama cellist dan grup beranggotakan cellist yang menarik ini:


Band bergenre simfonik metal (musik metal yang dikolaborasikan dengan simfoni orkestra musik klasik) ini berasal dari Finlandia dan dibentuk pada tahun 1993. Beranggotakan Eicca Toppinen, Perttu Kivilaakso, dan Paavo Lötjönen sebagai cellist serta pemain drum Mikko Sirén, Apocalyptica sangat menarik karena memfokuskan permainan cello untuk menampilkan musik metal yang keras.





Untuk band asal Inggris ini pasti sudah banyak yang familiar ya.. Clean Bandit mengusung genre musik dance pop yang dikombinasikan dengan musik klasik. Pada band yang dibentuk di tahun 2008 ini posisi cellist dipegang oleh Grace Chatto, dengan anggota lainnya adalah kakak beradik Jack dan Luke Patterson pada piano-keyboard dan drum. Menurut saya, kharisma dan andil Grace Chatto dalam grup ini membuat cello terasa dekat bagi pendengar musik secara umum (yang awam dengan instrumen klasik ini).





Trio yang dipimpin oleh penyanyi, penulis lagu, dan cellist Melora Creager ini dibentuk pada tahun 1992. Mengusung tema historical rock cello dan berbasis di New York, Rasputina memulai debutnya di bawah label Columbia pada tahun 1996 dengan album “Thanks for the Ether”. Gaya bermusik yang unik serta kostum panggung Rasputina yang cenderung bertemakan era Victorian, menjadi ciri khas yang mencolok. Pada awalnya trio ini terdiri dari Melora Creager (Amerika Serikat), Julia Kent (Kanada), dan Agnieszka Rybska (Polandia). Kini Rasputina terdiri dari Melora Creager, Thistle Jemison, dan Ryder Cooley. Musisi lain yang pernah tergabung dengan Rasputina antara lain; Luis Mojica, Polly Panic, Chris Vrenna, Carpella Parvo, Jonathon TeBeest, Sarah Bowman, Zoë Keating, Julia Kent, Kris Cowperthwaite, Agnieszka Rybska, Nana Bornant, Serena Jost, Lisa Haney, Perry L. James, Tom Martin, Mark Hutchins, Catie D'amica, Melissa Bell, Julie Griner, Stephanie McVey (tur), Daniel DeJesus, dan Dawn Miceli. Album terbaru dari trio ini, “Skin is Living Leather”,rilis pada tahun 2019.





Duo cello asal Kroasia ini bikin "heboh" karena cara mereka memainkan cello yang.. apa ya.. mungkin istilahnya kayak cacing kepanasan kali ya, hahaha.. Luka Šulić dan Stjepan Hauser membentuk 2Cellos pada 2011 yang kemudian dikenal luas karena sering meng-cover lagu-lagu populer tapi di sisi lain mereka juga sering kembali ke "akar" mereka dan menampilkan karya-karya musik klasik.





Mengawali pendidikan musik di usia tiga tahun melalui instrumen piano, lalu di usia sekitar lima tahun mempelajari biola bersama ibunya, setelah itu juga mempelajari cello di bawah bimbingan ayahnya, Tina Guo melanjutkan pendidikan cello profesionalnya bersama Eleonore Schoenfeld di University of Southern California's Thornton School of Music dengan beasiswa penuh pada usia tujuh tahun. Kini Tina Guo menjadi salah satu cellist yang populer, sering melakukan cover lagu-lagu dan banyak berkolaborasi bersama penyanyi atau grup band, juga terlibat mengisi soundtrack untuk beberapa film.





Kalau tadi kita sudah berkenalan dengan grup yang terdiri dari beberapa cellist, grup yang memiliki member seorang cellist, dan juga cellist solo, pada poin ini kita akan mengenal grup yang berisi kolaborasi para pemain alat musik gesek yaitu biola, cello, dan double bass bernama Simply Three. Grup ini mulai aktif sejak tahun 2010 dan kini beranggota tetap Glen McDaniel (violist), Nick Villalobos (double bassist), dan Zack Clark (cellist). Mereka sering melakukan cover lagu-lagu populer dengan aransemen yang unik.





Sampai di sini info-info soal cello-nya, kalau ada informasi yang ingin ditambahkan, silakan berbagi di kolom komentar ya, terima kasih!






Referensi:


















Comments


bottom of page